WORKING CAPITAL
: CASH FLOW ANALYSIS DAN CASH FLOW INVESTMENT
A. MODAL KERJA
1. Defenisi
Modal kerja merupakan perwujudan dari
aktiva lancar dan utang lancar dari suatu perusahaan. Modal kerja sangat erat
kaitannya dengan aktivitas perusahaan yang umumnya dikelola oleh seorang
manajer keuangan. Meskipun terdengar sangat sederhana namun memiliki peranan
yang sangat penting bagi perusahaan. Pengelolaan Modal kerja harus dilakukan
dengan teliti dan disediakan dalam jumlah yang cukup agar dapat menutupi
kerugian dan mengatasi keadaan krisis tanpa membahayakan keadaan keuangan
perusahaan dan tidak berpeluang pada keadaan yang buruk, misalnya penurunan
tingkat likuiditas yang apabila semakin berlarut akan berujung pada
kebangkrutan.
Modal kerja merupakan manajemen aktiva
lancar dan kewajiban lancar yang memiliki beberapa arti penting bagi
perusahaan, yakni :
1. Menunjukkan
besarnya investasi yang dilakukan perusahaan dalam aktiva lancar dan klaim atas
perusahaan oleh adanya utang dagang dan utang lancar.
2. Investasi
dalam aktiva yang bersifat likuid, piutang, dan persediaan bersifat sangat
sensitif terhadap tingkat produktivitas dan penjualan.
Modal kerja dibedakan menjadi dua macam,
yakni Modal Kerja Kotor (Gross Working Capital) dan Modal Kerja Bersih (Net Working
Capital). Dimana Gross Working Capital merupakan aktiva lancar dan Net Working
Capital merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Modal kerja dinyatakan dalam tiga
konsep yakni :
1. Konsep
Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kuantum yang
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dan membiayai operasinya yang
bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan
operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa Modal kerja adalah
jumlah aktiva lancar (gross Modal kerja).
2. Konsep
Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas Modal kerja,
dalam konsep ini Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang
jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal
dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.
3. Konsep
Fungsional
Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari dana
yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok
perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan
seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok
perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode
ini (current income), ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau
menghasilkan dana dimasa yang akan datang. Misalnya bangunan, mesin-mesin,
pabrik, alat-alat kantor, dan aktiva tetap lainnya.
2. Fungsi dan Manfaat Modal kerja
Suatu perusahaan sangat membutuhkan
kecukupan Modal kerja agar perusahaannya dapat beroprerasi secara lebih
dinamis. Modal kerja memiliki beberapa fungsi dan manfaat apabila dapat
tercukupi ketersediaannya.
Fungsi Modal kerja adalah :
1. Modal
kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan
nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan tidak
dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan .
2. Modal
kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya
tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai, dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah
yang dibayarkan untuk pembelian barang menjadi berkurang.
3. Modal
kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “credit standing”
perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan
kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Selain itu, memungkinkan
perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti pemogokan dan banjir.
4. Memungkinkan
perusahaan untuk memberikan syarat kredit pada para pembeli. Terkadang
perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lebih
lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya.
5. Memungkinkan
perusahaan uintuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah yang mencukupi
untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar.
6. Memungkinkan
pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan dengan lebih efisien
dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam memperoleh bahan, jasa, dan
alat-alat yang disebabkan karena kesulitan kredit.
7. Modal
kerja yang mencukupi, memungkinkan pula perusahaan untuk menghadapi masa resesi
dan depresi dengan baik.
Ketersediaan Modal kerja sangat dibutuhkan
oleh perusahaan apalagi Modal kerja yang bersifat likuid agar dapat
dipergunakan dengan segera untuk menjalankan
kegiatan operasionalnya. Modal kerja yang tersedia layaknya harus mampu
menopang kegiatan perusahaan sehari-hari agar memperoleh keuntungan bagi
perusahaan. Modal kerja selain memberikan keuntungan berupa laba yang diterima
setiap periode, juga memiliki beberapa keuntungan lainnya, yakni :
1. Melindungi
perusahaan terhadap krisis Modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva
lancar.
2. Memungkinkan
perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
3. Menjamin
dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi
perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang
mungkin terjadi.
4. Memungkinkan
untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para
konsumennya.
5. Memungkinkan
bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntunkan kepada
para pelanggannya.
6. Memungkinkan
bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada
kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
3. Jenis-jenis Modal kerja
Secara
umum, Modal kerja dapat digolongkan kedalam :
1. Modal
kerja permanen yaitu Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk
dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain Modal kerja yang secara
terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat
dibedakan kedalam :
a.
Modal kerja primer yaitu jumlah Modal
kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya.
b.
Modal kerja normal yaitu jumlah Modal
kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
Pengertian “normal” disini ialah dalam artian yang dinamis.
2. Modal
kerja variabel yaitu Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan, dan Modal kerja ini dibedakan antara lain :
a.
Modal kerja musiman yaitu Modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b.
Modal kerja silis yaitu Modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c.
Modal kerja darurat yaitu Modal kerja
yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi
yang mendadak)
4. Sumber dan Penggunaan Modal
kerja
Sumber-sumber Modal kerja terdiri
atas:
1. Hasil
operasi perusahaan yaitu jumlah laba bersih yang nampak dalam laporan laba-rugi
ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah Modal
kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau
laba dari perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik
perusahaan, maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang
bersangkutan.
2. Keuntungan
dari penjualan surat-surat berharga. Dengan adanya penjualan surat berharga ini
menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur Modal kerja yaiu bentuk surat
berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan
surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya Modal kerja.
3. Penjualan
aktiva tidak lancar. Modal kerja dapat bertambah dari hasil penjualan aktiva tetap,
investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan
lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan
menyebabkan bertambahnya Modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.
4. Penjualan
saham atau obligasi. Untuk menambah dana atau Modal kerja yang dibutuhkan
perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para
pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat pula
mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi
kebutuhan Modal kerjanya.
Penggunaan Modal kerja yang
terpenting ialah sebagai berikut :
1. Pengunaan
Modal kerja yang menyebabkan pengurangan aktiva lancar;
a. Pembayaran
biaya rutin dan utang termasuk utang berupa deviden.
b. Pengambilan
laba dalam perusahaan perorangan dan persekutuan oleh pemilik perusahaan.
c. Kerugian
operasi atau kerugian luar biasa yang memerlukan penggunaan.
d. Pembayaran
kembali utang jangka panjang atau bagian dari modal saham.
e. Pembentukan
dana untuk tujuan seperti : untuk pembayaran dana pensiun karyawan, untuk
pelunasan pinjaman obligasi, untuk mengganti aktiva tidak lancar yang pada
waktunya harus diganti.
2. Transaksi
yang menyebabkan perubahan dalam bentuk aktiva lancar ;
a. Pembelian
surat-surat berharga dengan uang.
b. Pembelian
barang dagangan dengan uang.
c. Penukaran
piutang yang satu kedalam bentuk yang lain.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Modal
kerja
Modal kerja merupakan salah satu
pencerminan atas kegiatan perusahaan, karena modal menunjukkan besarnya
investasi yang dilakukan oleh perusahaan serta klaim atas utang dagang maupun
utang lancar. Penentuan besar kecilnya Modal kerja bagi suatu perusahaan
bukanlah hal yang dapat dianggap mudah, perlu adanya perhatian yang lebih
cermat untuk menentukannya. Oleh karena itu perlu dicermati faktor-faktor apa
yang dapat mempengaruhi besar kecilnya Modal kerja.
Faktor-faktor yang menentukan besar
kecilnya Modal kerja ialah :
1. Sifat dan jenis perusahaan.
Pada umumnya Modal kerja untuk suatu perusahaan jasa relatif lebih kecil jika
dibandingkan dengan perusahaan dagang atau manufaktur.
2. Proses produksi.
Jika proses produksi untuk suatu industri cukup rumit dan memakan waktu yang
lama, tentu saja proses produksi itu akan memerlukan Modal kerja yang cukup
besar pula.
3. Sistem penjualan.
Jika suatu perusahaan yang sebagian penjualannya dilakukan dengan system
kredit, tentu saja Modal kerja akan banyak terserap terutama untuk membiayai
piutang dagangnya.
4. Sistem persediaan.
Sistem persediaan ini sangat mempengaruhi Modal kerja yang tertanam dalam
perusahaan. Hal itu dapat dilihat dari jenis barangnya apakah mudah rusak atau
tahan lama. selain itu, bagi perusahaan yang membutuhkan bahan baku, perlu
dipertimbangkan apakah harganya sangat fluktuatif terhadap pasar komoditi serta
apakah bahan baku tersebut dapat diperoleh secara lokal atau impor.
5. Sikap dari pengambil keputusan
(Manajemen Perusahaan). Sikap ini sangat penting untuk
menentukan tingkat Modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan.
6. Perputaran Modal Kerja
Modal kerja yang dimiliki perusahaan
selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan tersebut masih beroperasi.
Periode Modal kerja turnover dimulai dari kas yang diinvestasikan dalam
komponen-komponen Modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi kas. Semakin
panjang periode Modal kerja turnover berarti akan semakin rendah tingkat Modal
kerja turnover tersebut. Panjang atau pendeknya periode Modal kerja turnover
tergantung dari masing-masing komponen Modal kerja itu sendiri dan jenis
investasi yang dilakukan.
Modal
kerja turnover menunjukkan adanya hubungan antara Modal kerja dengan penjualan
dan juga menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (dalam
rupiah) untuk tiap rupiah Modal kerja. Modal kerja turnover yang dapat
disebabkan oleh rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas
yang terlalu besar.
Current Assets Turn Over = Net Sales atau Net Sales
Current Asset Avarage Current
Asset
Avarage
Current Asset = Current Asset Awal +
Current Asset Akhir
2
7. Strategi Modal kerja
Setiap
perusahaan memiliki kebijakan dalam pembelajaan Modal kerja. Kebijakan
pembelanjaan tersebut diluangkan dalam suatu strategi yang akan dijalankan
perusahaan. Pola/sifat dari pembelanjaan Modal kerja terdiri dari:
1. Pembelanjaan
Moderat
Suatu cara pembelanjaan
yang menyelaraskan waktu dan lamanya asset yang ada dalam perusahaan dengan
dana yang digunakan untuk membelanjai asset tersebut. Jadi, peningkatan dalam Modal
kerja permanen akan membelanjai juga oleh modal yang permanen, baik dalam
bentuk modal sendiri (equity financing), pinjaman jangka panjang, maupun
sumber-sumber dana lain yang bersifat permanen.
2. Pembelanjaan
Agresif
Bahwa
asset permanen (aktiva tetap) perusahaan didanai oleh modal permanen dan
sebagian dari Modal kerja permanen dibelanjai dengan menggunakan pinjaman
jangka pendek. Jenis pembelanjaan seperti ini adalah pembelanjaan yang beresiko
tinggi karena cenderung untuk “gali lubang tutup lubang”.
3. Pembelanjaan
Konservatif
Pembelanjaan
yang memperhatikan pola Modal kerja permanen yang membelanjai sebagian dari
kebutuhan Modal kerja variable. Sifat pembelanjaan ini bertolak belakang dengan
pembelanjaan agresif dan cenderung memiliki sifat hati-hati.
8.
Cara-cara Mengestimasi Kebutuhan Modal kerja
Dengan tersedianya Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi secara ekonomis, efisien, dan terhindar dari resiko kesulitan
likuiditas. Untuk menentukan Modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perlu
terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya Modal kerja.
Untuk menentukan besarnya Modal kerja, biasanya digunakan beberapa metode yaitu:
1.
Metode Keterikatan Dana
Menentukan
besarnya Modal kerja dengan metode ini perlu mengetahui dua faktor yang
mempengaruhinya yaitu :
a) Periode terikatnya Modal kerja yaitu
jangka waktu yang diperlukan mulai kas ditanamkan ke dalam elemen-elemen Modal
kerja sampai menjadi kas lagi. Semakin lama periode terikatnya Modal kerja akan
semakin memperbesar jumlah kebutuhan Modal kerja, demikian sebaliknya. Pada
perusahaan dagang periode terikatnya dana dimulai dari kas dibelikan barang
dagang kemudian dijual (misalkan dijual secara kredit) akan menjadi piutang dan
setelah piutang terbayar, maka akan menjadi kas lagi. Sedangkan pada perusahaan
industri periode terikatnya modal kerja dimulai dari kas dibelikan bahan baku
kemudian diproses menjadi barang jadi yang kemudian dijual akan menjadi piutang
dan bila telah dibayar akan menjadi kas lagi.
b) Proyeksi
kebutuhan kas rata-rata per hari . Merupakan pengeluaran kas rata-rata
setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan baku, bahan penolong, pembayaran
upah, pembayaran biaya pemasaran, dan pembayaran – pembayaran tunai lainnya.
2.
Metode Perputaran Modal Kerja
Mengestimasi
kebutuhan Modal kerja dengan metode perputaran Modal kerja dapat ditentukan
dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk Modal kerja seperti
perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Berikut ini
adalah contoh mengestimasi menggunakan metode tersebut.
Pengendalian
jumlah Modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan
secara efisien dan ekonomis. Bilamana Modal kerja terlalu besar, maka dana yang
tertanam dalam Modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadilah idle fund.
Padahal dana itu sendiri sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam
rangka peningkatan laba. Tetapi bilamana Modal kerja terlalu kecil atau kurang,
maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti membeli
bahan mentah, membayar gaji pegawai dan upah buruh ataupun kewajiban-kewajiban
lainnya yang segera harus dilunasi.
Dengan
demikian kebaikan dan keburukan Modal kerja dalam perusahaan dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Kelebihan
atas Modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya
perputaran dana perusahan.
2. Menimbulkan
kesan bahwa manajemen tidak mampu mengunakan Modal kerja secara efisien.
3. Jika
Modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami kerugian dalam
membayar bunga.
Tetapi
bilamana Modal kerja cukup, akan dapat memberikan keuntungan keuntungan bagi
perusahaan, seperti :
a. Melindungi
kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi Modal kerja yang
diperlukan.
b. Merencanakan
dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana keuangan dalam jangka pendek.
c. Menilai
kecepatan perputaran Modal kerja dalam arti yang menyeluruh.
d. Membayar
atau memenuhi kewajiban jangka pendek sesuai dengan jatuh tempo.
e. Memperoleh
kredit sebagai sumber dana guna memperbesar pemenuhan kebutuhan kekayaan aktiva
lancar.
f. Memberikan
pedoman yang baik sehingga tidak terdapat keraguan manajemen guna memperoleh
efisiensi yang baik.
B. MANAJEMEN MODAL KERJA
Manajemen
Modal kerja adalah pengaturan total dan jumlah masing-masing komponen modal
kerja dan pembelanjaan yang dibutuhkan untuk mendukung aktiva lancar.
Beberapa
alasan pentingnya manajemen Modal kerja:
1. Sebagian
waktu manajer keuangan banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah modal kerja.
Misalnya agar perusahaan beroperasi efisien, persediaan perlu dikelola secara
hati-hati.
2. Keputusan Modal kerja dapat berpengaruh secara
berarti terhadap risiko, return dan harga saham.
Manajemen
Modal kerja yang sehat memperhatikan 2 masalah keputusan yang mendasar yaitu:
a. Masalah
penentuan jumlah optimal investasi dalam aktiva lancar (AL).
b. Penentuan kombinasi yang tepat antara
pembelanjaan dengan utang jangka pendek dan jangka panjang untuk mendukung
investasi Modal kerja
Ada
2 masalah kunci dalam penentuan tingkat aktiva lancar yang optimal yaitu:
1.
Masalah Likuiditas
2.
Trade-off antara profitabilitas dan risiko
Manfaat
Manajemen Modal kerja
1. Melindungi
perusahaan terhadap krisis Modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
2. Memungkinkan
untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
3. Menjamin
dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan
untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin
terjadi.
4. Memungkinkan
untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen
5. Memungkinkan
bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada
para langganannya.
6. Memungkinkan
bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada
kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
7. Laporan
Modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan
terhadap Modal kerja .
C. PENGANGGARAN MODAL
1. Pengertian
Anggaran modal berhubungan dengan keseluruhan proses
perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka
waktu pengembalian dananya lebih dari satu tahun.
Anggaran
barang modal sering disebut juga dengan penganggaran barang modal atau anggaran
untuk pengadaan aktiva tetap. Istilah barang modal mengacu pada aktiva tetap
yang digunakan dalam produksi dan anggaran, berarti suatu rencana yang merinci
arus kas masuk dan arus kas keluar untuk jangka waktu tertentu di masa akan
datang.
Jadi,
anggaran modal menekankan pada rencana pengeluaran untuk memperoleh aktiva
tetap. Dan penganggaran barang modal adalah seluruh proses untuk menganalisis
proyek serta untuk memutuskan apakah proyek bersangkutan akan dimasukkan ke
dalam anggaran modal.
Anggaran
modal meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran uang yang hasil
pengembaliannya diharapkan lebih dari satu tahun. Contoh, pengeluaran investasi
dalam bentuk tanah, bangunan atau mesin, pengembangan sumber daya manusia,
departemen pengembangan dan peneltian (R&D).
2. Pentingnya
Penganggaran Modal
Beberapa
alasan mengapa anggaran modal mempunyai arti yang sangat penting bagi
perusahaan, antara lain adalah:
a. Dana
yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang.
b. Investasi
dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di masa yang
akan datang.
c. Pengeluaran
dana untuk keperluan tersebut, biasanya meliputi jumlah yang besar dan sulit
untuk menjual kembali aktiva tetap yang telah dipakai.
d. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai
pengeluaran modal tersebut akan mengakibatkan kerugian besar, dengan dampak
antara lain: biaya depresiasi yang berat, beban bunga modal pinjaman, biaya per
unit yang meningkat bilamana kapasitas mesin terlalu besar tetapi tidak dapat
dimanfaatkan secara optimal.
Oleh
karena itu keputusan tentang pemilihan investasi merupakan keputusan yang paling penting diantara berbagai jenis keputusan yang harus
diambil oleh seorang manajer keuangan. Keputusan tersebut tidak saja menentukan
tingkat risiko yangharus ditanggung melainkan juga menentukan tingkat
keuntungan perusahaan untuk masa mendatang.
3.
Klasifikasi Investasi
Perusahaan
pada umumnya mengklasifikasikan proyek atau investasi sebagai berikut:
1.
Penggantian (replacement)
2.
Penggantian dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a. Penggantian untuk kelangsungan usaha;
Meliputi pengeluaran untuk menggantikan peralatan yang rusak dimana peralatan
tersebut digunakan untuk berproduksi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
penggantian ini, adalah:
-
Apakah produk dan jasa yang dihasilkan akan diteruskan?
-
Apakah pabrik yang ada saat ini akan tetap digunakan?
Bila
jawaban atas pertanyaan tersebut adalah ya, keputusan untuk mempertahankan
kelangsungan usaha akan dilakukan tanpa melalui proses yang rumit.
b. Penggantian untuk menurunkan biaya;
Mencakup pengeluaran untuk menggantikan peralatan yang masih bisa diperbaiki,
tapi peralatan tersebut dinilai telah usang. Tujuannya untuk menurunkan biaya
tenaga kerja, biaya bahan dan biaya-biaya lainnya seperti gas, listrik dan air.
3. Perluasan (expansion)
Perluasan juga dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu:
a. Ekspansi atas produk yang sudah ada
saat ini. Mencakup pengeluaran untuk meningkatkan kuantitas produk yang ada
saat ini atau untuk menambah outlet penjualan serta fasilitas distribusi.
b. Ekspansi produk atau pasar baru.
Meliputi meluaskan pasar ke wilayah yang belum disentuh oleh perusahaan. Proyek
ini menyangkut keputusan strategis yang bisa mengubah sifat usaha perusahaan
dengan pengeluaran yang biasanya besar dan bersifat jangka panjang.
4. Lainnya, seperti bangunan kantor,
fasilitas bagi eksekutif, lapangan parkir.
4. Manfaat Penyusunan
Anggaran
a. Di
Bidang Perencanaan : merencanakan penanaman modal yang sehat.
b. Di
Bidang Koordinasi : mengkoordinir penanaman modal dalam kaitannya dengan :
-
Kebutuhan pembelanjaan, yakni kebutuhan kas
-
Pelaksanaan investasi pada berbagai aktivitas operasional
-
Potensi penjualan
-
Potensi keuntungan
-
Potensi Return on investment
c. Di
Bidang Pengendalian : Mengendalikan perubahan modal.
5.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam alternative Penanaman Modal
a. Jumlah neto pengeluaran investasi
b. Pengembalian yang diharapkan dari
investasi
c. Batasan terendah pengembalian
investasi yang diharapkan.
6.
Teknik dan Konsep Penganggaran Modal
Anggaran
modal membantu dalam mengambil keputusan untuk menolak ataupun menerima sebuah
usulan investasi. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk menentukan
penilaian suatu investasi beserta teknik-teknik perhitungan pendukungnya.
Tahap
I:
Menentukan
nilai investasi awal (initial outlays) dari investasi yang akan dilakukan,
Tahap
2:
Menentukan
modal atau sumber dana yang akan digunakan. Dlam hal ini ada tiga alternative pilihan, yaitu:
a.
Modal sendiri seluruhnya
b.
Modal dari pihak lain (Bank dan lembaga keuangan lainnya) seluruhnya.
c.
Sebagian modal sendiri dan sebagian dari pihak lain.
Tahap
3:
Memperkirakan
pola arus kas dari investasi yang diusulkan. Setiap arus pengeluaran modal atau
dikenal dengan capital expenditure mempunyai 2 macam arus kas, yaitu:
1.
Arus kas masuk (cash in flow)
Merupakan
sumber penerimaan secara tunai yang didapat dari hasil investasi, dalam hal ini
semua penerimaan uang dan penerimaan lain yang mempunyai nilai uang tertentu.
a. Yang termasuk dalam penerimaan uang
adalah penerimaan dari penjualan, pembayarn piutang dagang dan sebagainya.
b. Yang termasuk dalam penerimaan lain
yang mengundang nilai uang adalah seperti penerimaan melalui tambahan hutang
dari pihak ketiga seperti bank, lembaga keuangan lainnya (perusahaan anjak
piutang), tambahan modal pribadi dari pemilik investasi, penjualan asset
(aktiva tetap) dan sebagainya.
2.
Arus kas keluar (cash out flow)
Merupakan
pengeluaran uang ataupun bentuk-bentuk pengorbanan lain yang mempunyai nilai
yang tertentu. Dalam arus kas keluar dikenal dua istilah pengeluaran
berdasarkan waktu, yaitu:
a.
Pengeluaran modal (capital expenditure atau outlays)
Yaitu
setiap pengeluaran tunai yang memberikan manfaat jangka panjang seperti halnya
pembelian gedung untuk usaha menjalankan investasi ataupun pembelian asset
(aktiva) lainnya yang mengandung manfaat jangka panjang.
b.
Biaya (revenue expenditure)
Yaitu
setiap pengeluaran tunai yang diperhitungkan sebagai pengorbanan dalam
memperoleh penghasilan pada periode yang sedang berjalan, misalnya biaya bahan
produksi, biaya pemasaran, dan sebagainya.
Tahap
4:
Melakukan
perhitungan arus kas masuk (cash inflow), yang disingkat CF dalam penulisan
forlmula di bawah ini. Dalam hal ini tersedia dua metode yang mendukungnya,
yaitu:
a.
Pendekatan Bottom Up (Bottom Up Approach)
Rumusnya:
CF = EAT + Depreciation
+ Interest (1 – Tax)
b.
Pendekatan Top Down (Top Down Approach)
Rumusnya:
CF = EBIT (1-Tax) +
Depreciation
Atau
CF = EBDIT (1 –Tax) +
(Tax x Depreciation)
Tahap
5:
Melakukan
penilaian kelayakan investasi dengan menggunakan metode-metode penilaian
investasi adalah:
1.
Payback Period Method/Payout Method
Adalah
suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi
dengan menggunakan Proceed. Kriteria Penilaiannya adalah: Suatu investasi
diterima jika laba tunai rata-rata per tahun atau penghematan tunai per tahun
yang diperoleh dari investasi cukup
dapat menutup modal yang ditanamkan dalam jangka waktu yang telah dikehendaki
manajemen.
Rumus perhitungan
Payback Period adalah:
Modal
Yang Ditanamkan
Laba Tunai Setelah Pajak Per Tahun
Kebaikan
Payback Period Method:
Bagi
investasi yang besar resikonya dan sulit untuk diperkirakan, maka test dengan
metode Payback ini dapat mengetahui kembalinya modal yang ditanamkan
secepatnya. Payback Method ini dapat digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai Rate Of Return dan resiko yang
sama, sehingga dapat dipilih investasi mana yang paling cepat kembali.
Merupakan alat yang sederhana untuk memilih usul-usul investasi sebelum
meningkat ke penilaian lebih lanjut.
Keburukan
Payback Period Method :
Tidak
memperhatikan nilai waktu uang Tidak memperhatikan pendapatan selanjutnya
setelah investasi pokok kembali.
2.
Net Present Value Method
Adalah
apabila jumlah Present Value dari keseluruhan Proceeds yang diharapkan lebih
besar dari Present Value investasinya, maka usul investasi tersebut dapat
diterima, dan apabila sebaliknya akan ditolak.
Kebaikan
Net Present Value Method :
Sudah
memperhitungkan nilai waktu uang
Sudah
memperhitungkan seluruh aliran kas selama umur investasi
Kelemahan
Net Present Value Method:
Membutuhkan
perhitungan yang baik dalam menentukan tingkat bunganya. Dalam membandingkan
dua proyek investasi yang tidak sama modal yang ditanamkan di dalamnya, nilai
tunai neto dalam rupiah tidak dapat digunakan sebagai pedoman.
3.
Internal Rate of Return Method
Adalah
tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah present value proceed yang diharapkan akan diterima sama dengan
jumlah present value pengeluaran modal.
D. ARUS KAS
1.
Pengertian Arus Kas
Arus
Kas adalah sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari
aktivitas perusahaan. Dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari
aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa
saldonya setiap periode.
Hal
utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur arus kas
adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang kita miliki, kita simpan
atau investasikan. Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Fungsi Likuiditas
Yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada
pengurangan investasi awal.
2. Fungsi Anti
Inflasi
Yaitu dana yang disimpan guna menghindari resiko
penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif
cepat.
3. Capital Growth
Yaitu dana yang diperuntukkan untuk
penambahan/perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang.
Arus
Kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi
tiga
kelompok, yaitu:
1. Arus Kas Operasional (Operational Cash Flow)
Yaitu,
merupakan Aliran Kas Operasional yang meliputi penerimaan dan pengeluaran kas
perusahaan secara riil yang berkaitan dengan kegiatan operasi, Operational
Cash In Flow (OCIF) meliputi penerimaan hasil penjualan tunai, hasil
pengumpulan piutang,dan penerimaan laba perusahaan. Sedangkan Operational
Cash Out Flow (OCOF) meliputi biaya-biaya produksi dan biaya-biaya
operasi perusahaan. Biaya produksi terdiri atas pembelian bahan baku dan bahan
penolong, biaya upah pekerja langsung, dan biaya overhead pabrik (biaya
produksi tak langsung); termasuk pembayaran hutang kepada pemasok bahan. Biaya operasi
meliputi biaya administrasi dan umum, seperti biaya gaji pimpinan dan karyawan,
biaya rekening listrik, telepon, air (PAM), biaya pemasaran, serta biaya pajak.
2. Arus Kas Pendanaan ( Financial Cash Flow )
Yaitu,
Aliran Kas Pendanaan meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang
berkaitan dengan kegiatan pendanaan. Financial Cash In Flow (FCIF),
meliputi penerimaan modal, baik dari sumber modal sendiri maupun dari sumber
modal asing berupa pinjaman atau kredit bank. Sedangkan Financial Cash Out
Flow (FCOF) meliputi biaya-biaya yang timbul karena adanya tambahan modal.
Biaya modal tersebut dapat berupa pembagian keuntungan kepada para pemilik
modal sendiri (dividen atas saham), dan berupa biaya bunga yang harus
dibayarkan kepada bank atas kredit yang kita terima.
Arus
Kas Pendanaan ini pada dasarnya sama saja dengan metoda pencatatan pada Arus
Kas Operasional. Namun mengingat bahwa aliran kas pendanaan ini bersifat
periodik (tidak setiap hari terjadi transaksi), pencatatannya dalam perioda
bulanan (lihat Tabel 2 dan Tabel 4) atau bahkan tahunan, bukan harian.
3. Arus Kas Investasi ( Investment Cash Flow)
Yaitu,
Arus Kas Pendanaan meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan
Investasi. Investment Cash In Flow (ICIF), meliputi penerimaan yang
berasal dari aktivitas investasi perusahaan pada aktiva tetap dan investasi pada
surat-surat berharga, seperti penerimaan berupa dividen atas saham, bunga
(kupon) atas obligasi, dan capital gain atas penjualan aktiva tetap dan
penjualan saham. Sedangkan Investment Cash Out Flow (OCOF) meliputi
sejumlah dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli aktiva tetap dan
surat-surat berharga, seperti saham dan obligasi. Arus Kas ini pada dasarnya
sama saja dengan metoda pencatatan pada Arus Kas Operasional dan Aliran Kas
Pendanaan. Mengingat bahwa transaksi investasi ini tidak dilakukan oleh
perusahaan secara harian, maka periode pencatatannya adalah bulanan dan
tahunan. Setelah melakukan pencatatan aliran kas perusahaan secara bulanan
kemudian catatan-catatan tersebut dikompilasi menjadi catatan aliran kas
tahunan, berbentuk Cash Flow Statement perusahaan
(sederhana). Masing-masing laporan aliran kas tersebut diklasifikasi sesuai
dengan fungsinya menjadi Laporan Aliran Kas Operasional, Laporan Aliran Kas
Pendanaan, dan Laporan Aliran Kas Investasi.
Mengingat
bahwa Cash Flow (arus kas tunai), maka hal ini memiliki kelebihan dalam
hal kejelasan jumlah penerimaan dan pengeluaran antara yang terdapat di catatan
dan keadaan nyatanya (jumlah uang tunai sesungguhnya). Namun demikian, haini
juga memiliki kelemahan.
Arus
Kas adalah hanyalah pada tidak tersedianya catatan mengenai transaksi hutang
dan piutang. Pemecahannya adalah dengan menyediakan catatan khusus mengenai
transaksi yang yang bersifat kredit, baik pembelian secara kredit maupun
penjualan secara kredit. Catatan ini kita namakan Catatan Pembantu.
2.
Keterbatasan Arus Kas ( Cash Flow)
Arus
Kas mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan antara lain :
a. Komposisi
penerimaan dan pengeluaran yang dimasukkan dalam cash flow hanya bersifat
tunai.
b. Perusahaan
hanya berpusat pada target yang mungkin kurang fleksibel.
c. Apabila
terdapat perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang
dapat mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya
diperhatikan, maka akan terhambat karena manager hanya akan terfokus pada
budget kas misalnya; kondisi ekonomi yang kurang stabil, terlambatnya customer
dalam memenuhi kewajibanya.
3.
Kegunaan Menyusun Estimasi Arus Kas
Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi
cash flow dalam perusahaan
sangat
berguna bagi beberapa pihak terutama managemen, adalah antara lain :
a. Memberikan
seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana keuangan
perusahaan dan transaksi yang menyebabkan
perubahan kas.
b. Sebagian
dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan memperkirakan jangka waktu
pengembalian kredit.
c. Membantu
menager untuk mengambil keputusan kebijakan financial.
d. Untuk
kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang
diberikan kepadanya.
4.
Langkah-Langkah Penyusunan Arus Kas
Ada
4 (empat) langkah dalam penyusunan Arus Kas atau cash flow, yaitu :
a.
Menentukan Minimum Kas
b.
Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran.
c. Menyusun perkiraan kebutuhan dana
dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi defisit kas dan membayar kembali
pinjaman dari Pihak Ketiga.
d. Menyusun kembali
keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan
budget yang final.SUMBER : DARI BERBAGAI ARTIKEL